Jumat, 30 November 2012

KISAH SAHABAT DALAM REALITA

Ingat ini selalu.. Tuhan punya 3 kata untuk tiap hal dan doa manusia yang berkaitan dengan waktu,. :

TUNGGU : Belum waktunya kamu mendapatkannya karena kamu belum sanggup  mempertanggungjawabkan

TIDAK : Bukan berarti Dia tidak mengabulkan tapi Dia punya rencana lain untukmu

IYA : Jika kamu menyadari bahwa sebelum kamu meminta, DIA sudah berikan semua yang kamu butuhkan .. hanya saja kamu tidak bisa melihatnya hanya dengan mata.. tapi dengan hati.. keyakinan dan penuh rasa bersyukur..


Aku hanyalah seorang  Bono, dan aku bukan Superman…

Begitu dia memulai ceritanya.. saat kami duduk di pelataran sungai mahakam sambil menikmati pemandangan malam yang memantul di permukaan air,.. dan debur-debur gelombang sungai yang membuih mengiring suaranya pelan…

Seorang pria pelaku sex for sale yang sering mangkal di kawasan ini,.. yang baru saja aku bujuk untuk berkenalan dan menceritakan biografi hidupnya sebagai bahan tulisanku…

“Belikan saja aku rokok dan segelas capuchinno hangat, lagian malam ini sepi..” , katanya…

Lalu dimulailah ceritanya…

Aku adalah salah satu dari sekian manusia yang diciptakan dengan ketidaksempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah tentunya.

Telah banyak yang terjadi pada hidupku, hal-hal buruk maupun baik.. kilas itu kadang teringat kadang terlupa, beberapa detail mungkin tak sanggup lagi aku ingat, tapi gurat memori ga akan pernah terhapus sebelum otakku benar-benar mati dalam prosesnya kelak.

Umur 7 tahun, pertama kali aku mengenal seks, waktu itu aku baru kelas 2 SD, bahkan penisku belum di sunat, salah seorang tetanggaku mengajakku bermain di rumahnya bersama beberapa teman lain sebayaku, mbak Endang namanya, usianya  4 tahun di atasku dan dia yang paling tua diantara teman-teman aku yang lain. Kami bermain keluarga-keluargaan, dimana dia menjadi Ibu, aku menjadi Ayah, dan teman lain menjadi anak.

Lucu pada awalnya, saat kami sok-sok’an memerankan prilaku orang dewasa, padahal kami tidak tahu maknanya. Tapi semua jadi lebih lucu lagi saat peran itu berlanjut ke kamar, dan yang ku ingat hanya mba’ Endang memelorotkan celananya, begitu juga aku, lalu aku menindihnya.. dan yang paling lucu, saat itu aku tak tahu harus di apakan kearah mana penisku. Aku hanya menempelkannya di bibir kemaluannya dan mencium-cium mbak Endang, lalu aku lupa bagaimana usainya, kalau tak salah saat kami mendengar suara ibunya mbak Endang yang memanggil-manggil nama mbak Endang dari arah dapur, hingga kami bergegas memakai kembali celana kami.

Sekarang Mba’ Endang telah memiliki 1 anak tunggal berusia 14 tahun, dari suaminya tentu,.. dan bila kami bertemu, seolah kejadian itu tak pernah terjadi atau teringat. Kami tetap bertegur sapa dengan baik. Syukurlah…

Umur 13 tahun.. aku kelas 2 SMP, itu saat pertama kali aku pacaran, hanya pacaran biasa, meski pada saat itu aku sudah benar-benar mengerti tentang hubungan seksual. Pelajaran biologi, video VHS yang sering di putar di rumah sahabatku, bahkan kartu-kartu porno yang ku beli secara sembunyi-sembunyi di pusat perbelanjaan barang-barang kapal (selundupan) di kotaku membuatku paham benar posisi-posisi bercinta, walau aku sendiri belum pernah melakukan, meski ingin sekali kulakukan dengan pacarku.

Aku bersahabat dengan Hendra, teman aku yang kaya tapi sama nakalnya denganku, apalagi soal yang begituan, walaupun diapun juga belum pernah melakukan sekalipun, tapi kaset-kaset video VHS koleksi ayahnya yang ternyata kedapatan olehnya menjadi media penting yang mempengaruhi, apalagi ayahnya seorang pejabat yang jarang di rumah, Ibunya sudah meninggal.

Karena aku sering sekali tidur di rumahnya, lalu menghabiskan waktu menonton film porno, keingin tahuan kami menjadi terpupuk sangat besar, bagaimana rasanya bersentuhan dan melakukan hal itu. Lalu atas nama eksperimen, kami memutuskan untuk melakukan hubungan sejenis, bukan karena kami homo, tapi karena kami tak mampu menahan gejolak seksual sementara tidak ada wanita yang bisa di ajak melakukan, dan tak mungkin melakukannya dengan pacar kami masing-masing.

Sekarang Hendra sudah pindah ke Bandung bersama ayahnya yang pindah tugas, tak pernah lagi kudengar kabarnya.

Kelas 3 SMP, aku semakin nakal, pacarku yang anak baik-baik aku putusin, itu pertama kali aku memutuskan hubungan dengan seorang wanita. Betapa aku di musuhin sama teman-teman mantanku, lalu seolah semua menuntutku untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tapi aku tidak dapat menjelaskan sebabnya, hanya apa yang ku lakukan menjadi refleksi pertanyaan itu.

Aku menjadi anak yang suka bawa Alkohol di dalam tas sekolahnya, waktu itu hanya whisky Cola atau whisky dalam bentuk botol gepeng.., di saku selalu mengantongi diazepam 10 ml, atau double L, obat untuk penderita sakit jiwa. Tiap waktu selalu di panggil ke ruang BP, karena berkelahi, membuat kerusuhan di kelas, atau mengganggu teman wanita satu sekolah.

Aku melakukannya karena di umurku yang segitu aku harus menghadapi hal di luar kemampuanku, aku di tuntut menjadi lebih dewasa dari seharusnya. Ayahku berselingkuh dengan wanita lain, selain dia kecanduan judi, dan menjadi orang yang sangat kejam.

Ya.. Ayahku memang mantan seorang preman, yang beberapa waktu berhenti karena menikahi ibuku, tapi seperti kata orang, jiwa petualang selalu menetap dalam pembuluh vena dan tak akan pernah berhenti mengalir, hanya menunggu waktu untuk kembali mengalir ke otak dan membuat kita melakukan hal-hal yang kadang di luar nalar sosial.

Aku sekolah pagi, tapi selalu pulang setelah mahgrib, untuk menghindari melihat Ibuku menangis, tapi setiap kali aku sampai di rumah, ayahku telah menunggu dengan sabuknya, atau balok ukuran 3 x 5 cm untuk memukulku. Karena itu sebelum sampai rumah aku selalu menegak habis minumanku plus beberapa butir obat penenang, agar tidak terlalu merasa sakit.

Malamnya, dalam memar kaki dan tubuhku, aku masih harus mendengar pertengkaran antar Ibu dan ayah, tak ku dengar suara kakak perempuanku yang berdiam di kamarnya.

Sejak itulah waktu menempaku menjadi sosok Bono yang mengeras dalam waktu. Menebalkan hatinya hingga tak peka pada perasaan. Menempatkan hatiku dalam freezer, menjadi dingin dan beku.

Aku mulai melawan saat Ayah mencoba memukulku, bahkan pernah kuhunus sebilah pisau badik untuk melawannya, namun karena tubuhku yang kurus dan kecil, aku tak sanggup melawannya, ditambah dia punya ilmu kebal hingga tusukanku tak berpengaruh sama sekali di kulitnya..

Sejak saat itu aku jadi jarang pulang, bahkan bergaul dengan anak-anak punk, berkumpul di jalan, makan makanan tak jelas, kadang sebungkus harus dimakan berlima atau delapan orang, belum lagi atas nama persaudaraan makanan itu harus kami ludahi masing-masing. Aku benar-benar tersesat..

Di situ aku mengenal bagaimana hidup bebas, narkoba, minuman keras, rokok, wanita, dan segala macam tetek bengek pergaulan, bahkan aku adalah yang termuda diantara teman-temanku yang rata-rata telah putus sekolah, atau sudah SMU.

Saat itu aku memang belum secara sah meniduri seorang wanita dalam arti kata seksual, tapi aku mulai sedikit demi sedikit mengenal wanita lebih jauh dari sebelumnya, seperti melakukan French kiss, menyentuh payudara pertama kali, melakukan petting dengan masih berpakaian hingga spermaku membasahi celanaku,.
Hahhaha….. tawanya renyah, lesung dipipinya menyiratkan sedikit kelegaan karena telah menumpahkan sedikit rahasianya kepadaku…

Huft.. aku kelelahan, tampaknya sudah cukup panjang ceritaku, dan malam sudah semakin larut, tampaknya aku harus pindah ke depan club atau aku tidak dapat penghasilan malam ini… so, enough for now brotha.. n thanks for cigarrete.. coffe.. and hearing…

Jadi.. kurasa , kali ini aku cukup ini dulu.. besok aku akan ceritakan lagi bagaimana aku beranjak dewasa di bangku SMU…

Dan dia meninggalkanku disitu dengan pikiranku yang merekam setiap kata-katanya, berlalu menuju tempat yang diucapkannya mungkin, dan aku tersenyum menatap air sungai yang bergejolak.. seperti realita hidup yang tak mudah di tebak…

TAMAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar