Ingat ini selalu.. Tuhan punya 3 kata untuk tiap hal dan doa manusia yang berkaitan dengan waktu,. :
TUNGGU : Belum waktunya kamu mendapatkannya karena kamu belum sanggup mempertanggungjawabkan
TIDAK : Bukan berarti Dia tidak mengabulkan tapi Dia punya rencana lain untukmu
IYA : Jika kamu menyadari bahwa sebelum kamu meminta, DIA sudah berikan semua yang kamu butuhkan .. hanya saja kamu tidak bisa melihatnya hanya dengan mata.. tapi dengan hati.. keyakinan dan penuh rasa bersyukur..
Aku hanyalah seorang Bono, dan aku bukan Superman…
Begitu dia memulai ceritanya.. saat kami duduk di pelataran sungai
mahakam sambil menikmati pemandangan malam yang memantul di permukaan
air,.. dan debur-debur gelombang sungai yang membuih mengiring suaranya
pelan…
Seorang pria pelaku sex for sale yang sering mangkal di kawasan
ini,.. yang baru saja aku bujuk untuk berkenalan dan menceritakan
biografi hidupnya sebagai bahan tulisanku…
“Belikan saja aku rokok dan segelas capuchinno hangat, lagian malam ini sepi..” , katanya…
Lalu dimulailah ceritanya…
Aku adalah salah satu dari sekian manusia yang diciptakan dengan
ketidaksempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah tentunya.
Telah banyak yang terjadi pada hidupku, hal-hal buruk maupun baik..
kilas itu kadang teringat kadang terlupa, beberapa detail mungkin tak
sanggup lagi aku ingat, tapi gurat memori ga akan pernah terhapus
sebelum otakku benar-benar mati dalam prosesnya kelak.
Umur 7 tahun, pertama kali aku mengenal seks, waktu itu aku baru kelas 2
SD, bahkan penisku belum di sunat, salah seorang tetanggaku mengajakku
bermain di rumahnya bersama beberapa teman lain sebayaku, mbak Endang
namanya, usianya 4 tahun di atasku dan dia yang paling tua diantara
teman-teman aku yang lain. Kami bermain keluarga-keluargaan, dimana dia
menjadi Ibu, aku menjadi Ayah, dan teman lain menjadi anak.
Lucu pada awalnya, saat kami sok-sok’an memerankan prilaku orang
dewasa, padahal kami tidak tahu maknanya. Tapi semua jadi lebih lucu
lagi saat peran itu berlanjut ke kamar, dan yang ku ingat hanya mba’
Endang memelorotkan celananya, begitu juga aku, lalu aku menindihnya..
dan yang paling lucu, saat itu aku tak tahu harus di apakan kearah mana
penisku. Aku hanya menempelkannya di bibir kemaluannya dan
mencium-cium mbak Endang, lalu aku lupa bagaimana usainya, kalau tak
salah saat kami mendengar suara ibunya mbak Endang yang
memanggil-manggil nama mbak Endang dari arah dapur, hingga kami
bergegas memakai kembali celana kami.
Sekarang Mba’ Endang telah memiliki 1 anak tunggal berusia 14 tahun,
dari suaminya tentu,.. dan bila kami bertemu, seolah kejadian itu tak
pernah terjadi atau teringat. Kami tetap bertegur sapa dengan baik.
Syukurlah…
Umur 13 tahun.. aku kelas 2 SMP, itu saat pertama kali aku pacaran,
hanya pacaran biasa, meski pada saat itu aku sudah benar-benar mengerti
tentang hubungan seksual. Pelajaran biologi, video VHS yang sering di
putar di rumah sahabatku, bahkan kartu-kartu porno yang ku beli secara
sembunyi-sembunyi di pusat perbelanjaan barang-barang kapal
(selundupan) di kotaku membuatku paham benar posisi-posisi bercinta,
walau aku sendiri belum pernah melakukan, meski ingin sekali kulakukan
dengan pacarku.
Aku bersahabat dengan Hendra, teman aku yang kaya tapi sama nakalnya
denganku, apalagi soal yang begituan, walaupun diapun juga belum pernah
melakukan sekalipun, tapi kaset-kaset video VHS koleksi ayahnya yang
ternyata kedapatan olehnya menjadi media penting yang mempengaruhi,
apalagi ayahnya seorang pejabat yang jarang di rumah, Ibunya sudah
meninggal.
Karena aku sering sekali tidur di rumahnya, lalu menghabiskan waktu
menonton film porno, keingin tahuan kami menjadi terpupuk sangat besar,
bagaimana rasanya bersentuhan dan melakukan hal itu. Lalu atas nama
eksperimen, kami memutuskan untuk melakukan hubungan sejenis, bukan
karena kami homo, tapi karena kami tak mampu menahan gejolak seksual
sementara tidak ada wanita yang bisa di ajak melakukan, dan tak mungkin
melakukannya dengan pacar kami masing-masing.
Sekarang Hendra sudah pindah ke Bandung bersama ayahnya yang pindah tugas, tak pernah lagi kudengar kabarnya.
Kelas 3 SMP, aku semakin nakal, pacarku yang anak baik-baik aku
putusin, itu pertama kali aku memutuskan hubungan dengan seorang
wanita. Betapa aku di musuhin sama teman-teman mantanku, lalu seolah
semua menuntutku untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tapi aku tidak
dapat menjelaskan sebabnya, hanya apa yang ku lakukan menjadi refleksi
pertanyaan itu.
Aku menjadi anak yang suka bawa Alkohol di dalam tas sekolahnya, waktu
itu hanya whisky Cola atau whisky dalam bentuk botol gepeng.., di saku
selalu mengantongi diazepam 10 ml, atau double L, obat untuk penderita
sakit jiwa. Tiap waktu selalu di panggil ke ruang BP, karena berkelahi,
membuat kerusuhan di kelas, atau mengganggu teman wanita satu sekolah.
Aku melakukannya karena di umurku yang segitu aku harus menghadapi hal
di luar kemampuanku, aku di tuntut menjadi lebih dewasa dari
seharusnya. Ayahku berselingkuh dengan wanita lain, selain dia
kecanduan judi, dan menjadi orang yang sangat kejam.
Ya.. Ayahku memang mantan seorang preman, yang beberapa waktu berhenti
karena menikahi ibuku, tapi seperti kata orang, jiwa petualang selalu
menetap dalam pembuluh vena dan tak akan pernah berhenti mengalir,
hanya menunggu waktu untuk kembali mengalir ke otak dan membuat kita
melakukan hal-hal yang kadang di luar nalar sosial.
Aku sekolah pagi, tapi selalu pulang setelah mahgrib, untuk menghindari
melihat Ibuku menangis, tapi setiap kali aku sampai di rumah, ayahku
telah menunggu dengan sabuknya, atau balok ukuran 3 x 5 cm untuk
memukulku. Karena itu sebelum sampai rumah aku selalu menegak habis
minumanku plus beberapa butir obat penenang, agar tidak terlalu merasa
sakit.
Malamnya, dalam memar kaki dan tubuhku, aku masih harus mendengar
pertengkaran antar Ibu dan ayah, tak ku dengar suara kakak perempuanku
yang berdiam di kamarnya.
Sejak itulah waktu menempaku menjadi sosok Bono yang mengeras dalam
waktu. Menebalkan hatinya hingga tak peka pada perasaan. Menempatkan
hatiku dalam freezer, menjadi dingin dan beku.
Aku mulai melawan saat Ayah mencoba memukulku, bahkan pernah kuhunus
sebilah pisau badik untuk melawannya, namun karena tubuhku yang kurus
dan kecil, aku tak sanggup melawannya, ditambah dia punya ilmu kebal
hingga tusukanku tak berpengaruh sama sekali di kulitnya..
Sejak saat itu aku jadi jarang pulang, bahkan bergaul dengan anak-anak
punk, berkumpul di jalan, makan makanan tak jelas, kadang sebungkus
harus dimakan berlima atau delapan orang, belum lagi atas nama
persaudaraan makanan itu harus kami ludahi masing-masing. Aku
benar-benar tersesat..
Di situ aku mengenal bagaimana hidup bebas, narkoba, minuman keras,
rokok, wanita, dan segala macam tetek bengek pergaulan, bahkan aku
adalah yang termuda diantara teman-temanku yang rata-rata telah putus
sekolah, atau sudah SMU.
Saat itu aku memang belum secara sah meniduri seorang wanita dalam arti
kata seksual, tapi aku mulai sedikit demi sedikit mengenal wanita
lebih jauh dari sebelumnya, seperti melakukan French kiss, menyentuh
payudara pertama kali, melakukan petting dengan masih berpakaian hingga
spermaku membasahi celanaku,.
Hahhaha….. tawanya renyah, lesung dipipinya menyiratkan sedikit kelegaan karena telah menumpahkan sedikit rahasianya kepadaku…
Huft.. aku kelelahan, tampaknya sudah cukup panjang ceritaku, dan malam
sudah semakin larut, tampaknya aku harus pindah ke depan club atau aku
tidak dapat penghasilan malam ini… so, enough for now brotha.. n thanks
for cigarrete.. coffe.. and hearing…
Jadi.. kurasa , kali ini aku cukup ini dulu.. besok aku akan ceritakan lagi bagaimana aku beranjak dewasa di bangku SMU…
Dan dia meninggalkanku disitu dengan pikiranku yang merekam setiap
kata-katanya, berlalu menuju tempat yang diucapkannya mungkin, dan aku
tersenyum menatap air sungai yang bergejolak.. seperti realita hidup
yang tak mudah di tebak…
TAMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar